Selasa, 13 September 2016

MAKALAH PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

MAKALAH PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pengajaran merupakan interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara pengajar dan siswa. Diantara keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi.Pengajaran merupakan suatu pola yang di dalamnya tersusun suatu prosedur yang direncanakan.[1]Selain itu, pada dasarnya sastra merupakan produk budaya, kreasi pengarang yang hidup dan terkait dengan tata kehidupan masyarakat.Sastra memberikan wujud dan menggambarkan kehidupan dan realitas sosial yang ada di masyarakat.
Pengajaran sastra pada dasarnya memiliki peranan dalam peningkatan pemahaman siswa. Apabila karya-karya sastra tidak memiliki manfaat, dalam menafsirkan masalah-masalah dalam dunia nyata, maka karya sastra tidak akan bernilai bagi pembacanya. Pada dasarnya pengajaran sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka dapat dipandang pengajaran sastra menduduki tempat yang selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan secara tepat maka pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang  besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam  masyarakat.[2]Melalui hal tersebut, sastra memberikan pengaruh terhadap pembacanya. Sastra membentuk pola pikiran dan respon pembaca terhadap apa yang dibacanya dengaan aktivitas kesehariaanya yang saling berkaitan.
   
B.      Rumusan Masalah
     Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.     Apakah pengertian dari ketrampilan bersastraIndonesia itu?
2.     Apakah manfaat dari pengajaran sastra itu?
3.     Bagaimanakah penerapan pengajaran sastra di SD itu?

B.      Tujuan Pembahasan Makalah
     Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah:
1.     Untuk mengetahui pengertian dari ketrampilan bersastra Indonesia.
2.     Untuk mengetahui manfaat dari pengajaran sastra Indonesia.
3.  Untuk mengetahui penerapan pengajaran sastra Indonesiadi SD.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Ketrampilan Bersastra Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ketrampilan diartikan sebagai kecakapan sesorang dalam menyelesaikan tugas.[3]Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskertaśāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.[4] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sastra adalah bahasa (kata-kata, gaya bahasa), yang dipakai dalam kitab-kitab, bukan bahasa sehari-hari. Sastra juga berarti tulisan, huruf. [5]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, ketrampilan bersastra Indonesia adalah kecakapan sesorang dalam menciptakan sebuah karya atau jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu dengan berbahasa Indonesia.

B.  Manfaat Pengajaran Sastra Indonesia
Sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran, pandangan dan gagasan dari seseorang.Sastra diciptakan oleh pengarang berdasarkan pola pikir dan ide kreatif yang dibangun secara mandiri Pemikiran, gagasan dan pola pikir dari pengarang pada dasarnya bersumber dari keadaan-keadaan sekitar lingkup pengarang.Oleh karena itu, di dalam karya sastra terdapat tafsiran-tafsiran masalah dunia nyata.Sastra memiliki hubungan dalam kehidupan dunia nyata.Dengan demikian, pada dasarnya karya sastra memiliki peran dan kedudukan yang penting. Senada dengan hal itu, menurut Rahmanto, manfaat pengajaran sastra dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut:[6]
1.   Membantu keterampilan berbahasa
Terdapat empat keterampilan berbahasa yaitu, membaca, menyimak, menulis dan berbicara. Pada proses pembelajaran tersebut, siswa dapat meningkatkan kemampuannya melalui kegiatan bersastra. Pengajaran sastra berperan meningkatkan keterampilan membaca siswa, misalnya saat siswa membaca puisi atau membaca prosa/cerita.Melatih keterampilan berbicara saat siswa ikut berperan dalam suatu drama.Selain itu, dapat melatih keterampilan menyimak saat guru membacakan suatu karya sastra, atau saat mendengarkan karya sastra melalui rekaman.Pengajaran sastra juga membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan menulis dengan menulis karya-karya sastra.
2.   Meningkatkan pengetahuan budaya
Dalam sistem pendidikan seharusnya disertai usaha untuk menanamkan wawasan pemahaman budaya bagi peserta didiknya.Pemahaman budaya berperan untuk menumbuhkan rasa bangga, rasa percaya diri dan rasa ikut memiliki.Beberapa pengetahuan khusus mengenai budaya sendiri, pada dasarnya menjadi ciri khas.Hal ini membantu menggenalkan karakter dan identitas budaya yang ada.Pengajaran sastra jika dilaksanakan dengan bijaksana, dapat mengantar siswa berkenalan dengan budaya, karakter suatu hal tertentu.
3.   Mengembangkan cipta dan rasa
Siswa merupakan individu yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda.Siswa pada dasarnya memiliki kecakapan dan siswa pula menunjukkan kekurangannya. Secara umum kita memandang siswa pada satu kesatuan yang kompleks, dengan memberikan perlakuaan yang sama. Namun, pada dasarnya siswa memiliki kecakapan dan kekurangan tersendiri.Oleh karena itu, siswa butuh diarahkan agar siswa menyadari potensinya.Dalam hal pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indera; bersifat penalaran; yang bersifat objektif; dan bersifat sosial; serta dapat ditambah lagi dengan sifat religius. Pengajaran sastra yang dilakukan secara benar akan dapat mengembangkan kecakapan-kecakapan tersebut lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lain.
4.  Menunjang pembentukan watak
Dalam nilai pengajaran sastra terdapat dua tuntutan yang dapat diungkapkan sehubungan dengan pembentukkan watak. Pertama, pengajaran sastra hendaknya  mampu membina perasaan yang lebih tajam. Dibanding pelajaran-pelajaran lainnya, sastra mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk mengenal rangkaian kemungkinan hidup manusia seperti; kebahagian, kebebasan, kesetian, kebanggaan diri sampai kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian dan kematian.Seseorang yang mendalami sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal yang lebih bernilai dan tak bernilai. Selain itu, tuntunan yang kedua yaitu, dalam pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa yang antara lain meliputi: ketekunan, kepandaian, pengimajian dan penciptaan. Sastra seperti yang kita ketahui, sanggup memuat berbagai medan pengalaman yang sangat luas.
Pengajaran sastra memiliki manfaat bagi siswa.Selain manfaat yang dikemukakan di atas sastra memiliki fungsi dalam pembentukan kepribadiaan.Bagaimana peran sastra pada karakter siswa dan penanaman nilai-nilai agama.Di dalam Kemendiknas, mengemukakan fungsi dalam membentuk kepribadian. Hal tersebut dijelaskan secara rinci sebagai berikut:[7]
a)       Sastra Sebagai Pembentuk Karakter Anak
Sastra anak adalah citraan atau metafora kehidupan yang disampaikan kepada anak-anak yang melibatkan aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori, maupun pengalaman moral dan dieskspresikan dalam bentuk-bentuk kebahassaan yang dapat dijangkau dan dipahami oleh anak-anak.Sastra dinilai dapat membentuk karakter denan efektif karena nilai-nilai dan moral yang terdapat dalam karya sastra tidak disampaikan secara langsung, melainkan melalui metafora-metafora sehingga menjadi menyenangkan dan tidak menggurui.Nilai-nilai yang terkandung dapat diresepsi oleh anak dan merekonstruksi sikap dan kepribadian mereka.
b)    Sastra Sebagai Strategi Penanaman Nilai-Nilai Agama
Seorang pengarang tidak dapat terlepas dari nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari ajaran agama yang tampak dalam kehidupan. Pandangan itu erat dengan proses penciptaan karya sastra, bahwa ia tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya. Sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius.Sastra yang bercorak pada nilai-nilai agama merupakan pengungkapan jiwa dan sarana untuk melakukan ibadah pada pencipta.Intinya.Karya sastra seharusnya memberikan hikmah.Hikmah karya sastra yang baik adalah bisa membuat orang membacanya tercerahkan.Hikmah itu dapat berupa nilai dan kearifan.
c)    Sastra Sebagai Pembinaan dari Krisis Moral dan Krisis Keteladanan
Arah moderenisasi memberikan banyak perubahan bagi masyarakat.Perubahan yang justru mengarah pada krisis moral dan akhlak.Persoalan lainnya pula terletak pada krisis keteladanan.Krisis moral tersebut bisa diatasi dengan pembinaan watak.Dalam lingkup sekolah, misalnya, pembinaan watak diterapkan pada pengajaran sastra.Artinya pengajaran sastra berdimensi moral.Pengajaran sastra mampu dijadikan sebagai pintu masuk dalam penanaman nilai-nilai moral.Nilai-nilai moral seperti kejujuran, pengorbanan, demokrasi, santun dan sebagainya banyak ditemukan di dalam karya sastra.Baik puisi, cerita pendek, novel maupun drama.Bila karya sastra itu dibaca, dipahami isi dan maknanya, serta ditanamkan pada diri siswa, sehingga mampu mengatasi krisis moral dan karya sastra sebagai objek keteladanan yang baik.

........................DAN SETERUSNYA.

UNTUK FILE LENGKAP DOWNLOAD DISINI



DAFTAR RUJUKAN

Kemendiknas, Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Kegiatan Naskah Bahan Kerjasama, Informasi dan Publikasi. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan Nasional, 2011.
Ampera, Taufik, Pengajaran Sastra Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis Aktivitas. Bandung: Widya Padjadjaran, 2010.
Nurhayati, Pengaruh Model Formeaning Response terhadap Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa  
.....................DAN SETERUSNYA.




[1]     Taufik Ampera, Pengajaran Sastra Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis Aktivitas.(Bandung: Widya Padjadjaran, 2010),  6
[2]     B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra.(Yogyakarta: Kanisius, 1996), 15
[3]     WJS Purwodarminto,  Kamus Besar Bahasa Indonesia,
[4]     Wiki pedia, http://www.odu.edu/educ/roverbau/Bloom/blooms_taxonomy.htm, diakses tgl 19-11-2014
[5]     WJS Purwodarminto,  Kamus ...,
[6]     B. Rahmanto, Metode ..., 16-25
[7]     Kemendiknas.Pendidikan Karakter Berbasis Sastra, Kegiatan Naskah Bahan Kerjasama, Informasi dan Publikasi, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan Nasional, 2011), 15-22.
[8]     B. Rahmanto, Metode ..., 44-45
[9]     Ibid., 48-53
[10]   Nurhayati.Pengaruh Model Formeaning Response terhadap Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Palembang. Makalah hasil penelitian disajikan pada Seminar di Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya, Maret 2011, yang diakses tgl 19-11-2014 dari web: http://nenggelisfransori.wordpress.com/2012/01/25/hal-ihwal-pengajaran-sastra/
[11]   Ibid, diakses tgl 20-11-2014
[12]   Supriyadi.2006. Pembelajaran Sastra yang Apreasiatif dan Integratif di Sekolah Dasar.(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006), 27
[13]   Ibid, 28
[14]   Ibid, 41
[15]   B. Rahmanto, Metode ..., 70-75
[16]   Ampera, Taufik, Pengajaran Sastra Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis Aktivitas.(Bandung: Widya Padjadjaran, 2010), 68.
[17]   Ibid,69.
[18]   H.G. Tarigan,  (Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa, 2011), 75-81.
[19]   Ibid, 83-88.
[20]   Ampera, Taufik, Pengajaran ..., 38.
[21]   Ibid, 39.

Tidak ada komentar: