Selasa, 24 September 2013

Resep Menjadi Guru Yang Hebat

Resep Menjadi Guru Yang Hebat

1. Rasa cinta dan kepedulian
Bahan utama untuk menjadi guru hebat adalah cinta pada diri sendiri, cinta pada profesi dan cinta terhadap siswa. Sebagai guru hebat harus berkata: "Jika saya memberi mereka kebaikan, maka saya dapat menerima kebaikan dari mereka.” Jika siswa mengagumi guru, penghormatan segera muncul.

2. Komunikasi
Sering terjadi proses pembelajaran di kelas di mana guru hanya mengajar 5 – 10 anak. Mereka bukannya 25 atau 30 atau lebih. Sebagian besar siswa duduk bermalas-malasan dengan gelombang otak yang tidak terarah, tidak mendengarkan atau bermain sendiri. Guru hebat harus mengajar seluruh kelas. Guru harus dapat menciptakan situasi pada anak malas tetapi mau menunjukkan jarinya sehingga mengalami kesuksesan. Sehingga terjadi komunikasi yang harmonis antara guru dan siswanya. Selain dengan siswa, orang tua juga perlu diajak komunikasi.

3. Pujian dan harga diri
Guru harus optimis dengan melihat sisi baik anak, jangan sebaliknya memandang siswanya dengan pesimistis. “Anton, kau terlambat lagi!” Kalimat ini akan menimbulkan rasa malu pada anak. Lain halnya dengan ucapan, “Anton kemarin kamu datang tepat waktu dan saya senang. Mulai besok datanglah dengan tepat waktu!” Mengajar dengan menggunakan pujian-pujian secara konsisten akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang mengagumkan.

4. Hormat dan harga diri
Guru sepenuhnya dapat menjadi model rasa hormat dan harga diri selama jam sekolah. Guru harus memulai dari diri sendiri, dengan menjadi model perilaku menghormati ketika mereka berhubungan dengan rekan kerja dan siswa.

5. Lingkungan ruang kelas
Ciptakan komunitas hangat dan dapat dipercaya bagi para siswa. Supaya terjadi komunikasi yang jelas dan konsisten pastikan bahwa kelas adalah milik setiap orang. Ciptakan ruang kelas merupakan lingkungan dengan banyak pernak-pernik, misalnya: Visi dan Misi, Tata tertib kelas, pengumuman, contoh karya siswa, dan sebagainya. Pengaturan tempat duduk sangat berpengarauh terhadap berlangsungnya proses pembelajaran dan hasil belajar.

6. Manajemen kelas
Guru harus menentukan pedoman, aturan, dan prosedur yang jelas sehingga tercipta interaksi setiap orang di kelas dengan efektif.

7. Disiplin, bersikaplah adil dan konsisten
Tangani perilaku yang tak diharapkan. Buat kontak mata langsung dengan siswa sehingga mereka menganggap ada keseriusan. Gunakan kedekatan untuk menempatkan fisik dengan siswa sehingga mereka memahami perilakunya tidak pantas. Tangani disiplin dengan tenang, lembut, dan sadar. Lakukan dulu perilaku yang diharapkan untuk ditiru siswa. Kaji ulang dengan siswa pada waktu terjadi pelanggaran. Senantiasa konsisten dengan aturan yang dibuat.

8. Menyusun buku catatan
Semua siswa untuk biasakan memiliki buku catatan yang berisi tentang hasil kerja siswa. Dengan ini diharapkan para siswa belajar bertanggung jawab atas tugas mereka sendiri.

9. Ketrampilan kehidupan nyata ke dalam kurikulum
Sangat penting siswa memahami bahwa keterampilan yang mereka pelajari di sekolah harus bisa diterapkan ke keterampilan nyata yang mereka perlukan agar menjadi orang dewasa yang sukses, sehat, dan makmur.

10. Kolaborasi
Dalam pembelajaran perlu adanya kolaborasi antar penyelenggara sekolah, baik antar guru dengan guru, antar guru dengan karyawan maupun guru dengan orang tua siswa. Perlu dibentuk tim untuk mengadakan pertemuan mingguan dan bulanan, perencanaan pembelajaran, maupun pengamatan ke kelas siswa. 
Guru hebat memahami pentingnya kerja kolaborasi dengan guru lain.

11. Penyajian
Setelah semua bahan dipersiapkan, guru siap untuk menyajikan ke dalam meja makan pembelajaran. Kelas yang sudah dipersiapkan adalah milik Anda. Anda memiliki kebebasan pribadi yang besar untuk memberikan pengaruh positif pada kehidupan siswa. Mengajar merupakan profesi yang bersahaja, terhormat, dan menantang yang mempengaruhi siswa, orang tua mereka, dan masyarakat mereka. 


Download RPP dan Silabus Berkarakter Kelas 6

Download RPP dan Silabus Berkarakter Kelas 6

Senin, 16 September 2013

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

A. Konsep Dasar Model Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran  yang menekankan  kepada  proses  keterlibatan  siswa secara  penuh  untuk  dapat menemukan materi  yang  dipelajari  dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong  siswa  untuk dapat  menerapkannya  dalam kehidupan mereka.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada  proses  keterlibatan  siswa  untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Kedua,  CTL  mendorong  siswa  agar dapat  menemukan  hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan  dapat  mengorelasikan  materi yangditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, CTL mendorong siswa  untuk  dapat  menerapkannya  dalam kehidupan,  artinya CTL  bukan hanya  mengharapkan  siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya. Akan tetapi bagaimana materi pelajaran itudapat mewarnaiperilakunya dalamkehidupansehari-hari. Materi pelajaran dalam kontek CTL, bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Sehubungan  dengan  itu,  terdapat lima  karakteristik  penting dalam prosespembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.

1) Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yangsudah ada ( activiting knowledge ), artinya apa yang akan dipelajari  tidak terlepas dari  pengetahuan  yang  sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yangakan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitansatu sama lain.
2) Pembelajacan  yang  kontekstual  adalahbelajar  dalam  rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajarai
Secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh  bukan  untuk dihafal  tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari  yang  lama tentang pengetahuan  yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4) Mempraktikkan  pengetahuan  dan  pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
 5) Melakukan refleksi ( reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

B. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional
Apa  perbedaan  pokok antara  pembelajaran  CTL  dan pembelajaran konvensional seperti yang banyak diterapkan sekolah sekarang ini? Di bawah ini dijelaskan secara singkat perbedaan kedua model tersebut dilihat dari konteks tertentu.
1) CTL menempatkan  siswa  sebagai  subjek belajar,  artinya  siswa berperan  aktif dalam setiap  proses  pembelajaran  dengan  cara menemukan dan 1 menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
2) Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
3) DalamCTL, pembelajaran dikaitkan dengankehidupannyata secara riil, sedangkan  dalam pembelajaran  konvensional,  pembelajaran bersifat teoretis dan abstrak.
4) Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan dalam pembelajaran konvensional  kemampuan  diperoleh  melalui latihan-latihan.
5) Tujuan akhirdariproses pembelajaran melalui CTL adalahkepuasan diri;  sedangkan dalam  pembelajaran  konvensional,  tujuan akhir adalah nilai atau angka.
6) Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individutidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat; sedangkan  dalam pembelajaran konvensional, tindakan  atau perilaku individudidasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekadar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.
7) Dalam CTL,  pengetahuan  yang  dimiliki  setiap  individu selalu berkembang sesuaidengan pengalamanyangdialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan  yang  dimilikinya. Dalampembelajaran  konvensional hal  ini tidak  mungkin terjadi.  Kebenaran  yang dimiliki  bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang
lain.
8) Dalam pembelajaran CTL,  siswa  bertanggung  jawab dalam memonitor dan mengembangkan  pembelajaran  mereka  masing-masing; sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
9) Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.
10) Oleh  karena  tujuan  yang  ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.

Beberapa  perbedaan  pokok di  atas,  menggambarkan  bahwa  CTL memang memiliki karakteristik  tersendiri baik  dilihat dari  asumsi maupun proses pelaksanaan dan pengelolaannya.

1) Asas-Asas CTL
CTLmemiliki 7 asasyang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran
dengan  menggunakan  model  pembelajaran  kontekstual.  Seringkali
asas ini disebut juga komponen-komponen CTL.

a) Konstruktivisme
Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Mengapa demikian? Sebab, pengetahuan hanya akan fungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan yang hanya diberikan  tidak  akan  menjadi pengetahuan  yang bermakna.  Atas dasar asumsi yang  mendasar  itulah,  maka penerapan asas konstruktivisme dalam pembelajaran CTL, siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan  sendiri melalui pengalaman nyata

b) Inkuiri
Asas kedua  dalam pembelajaran  CTL adalah inkuiri.  Artinya, proses  pembelajaran didasarkan  pada  pencarian dan  peneluan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari rnengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,
akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

Apakah inkuiri hanya bisa dilakukan untukmata pelajaran tertentu saja?Tentutidak. Berbagai topik dalamsetiap mata pelajaran dapat dilakukan melalui proses inkuiri. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpulkan data
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
e. Membuat kesimpulan

c) Bertanya
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang  sebagai  refleksi  dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan  kemampuan  seseorang  dalam berpikir.  Dalam proses pembelajaran melalui CTL,  guru tidak menyampaikan
informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.  Karena itu peran bertanya  sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan gurudapat membimbing dan mengarahkan  siswa untuk menemukan setiap  materi yang dipelajarinya.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk :

a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran
b. Membangkitkan motivasi belajar siswa
c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu
d. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan
e. Membimbing  siswa  untuk menemukan  atau  menyimpulkan sesuatu

d) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam kelas CTL,  penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan  dengan menerapkan pembelajaran  melalui  kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya  mereka  saling membelajarkan; yang  memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.

e) Pemodelan ( Modeling )
Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, dan lainsebagainya.
Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis abstrak yang dapat memungkinkan
terjadinya verbalisme.

f) Refleksi
Refleksi  adalah proses  pengendapan pengalaman yang  telah dipelajari  yang dilakukan dengan  cara  menurutkan  kembali kejadian-refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan  yang  dimilikinya.  Bisa terjadi  melalui  proses refleksi siswa  akan memperbarui  pengetahuan  yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung  atau mengingat kembali  apa  yang  telah dipelajarinya.
Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.

g) Penilaian Nyata (Authentic Assesment )
Penilaiannyata ( Authentic Assesment ) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan  informasi  tentang  perkembangan belajar yang dilakukan  siswa. Penilaian ini  diperlukan  untuk mengetahui apakan siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman  belajar siswa  memiliki pengaruh  positif  terhadap
perkembangan intelektual maupun mental siswa.
Penilaianyang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.  Oleh  sebab itu,  tekanannya diarahkan kepadaproses belajar bukan kepada hasil belajar.

2) Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL
Misalkan pada suatu hari guru akan membelajarkan anak tentang fungsi pasar. Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan anak untuk memahami fungsi dan jenis pasar.

Untuk mencapai kompetensi tersebut dirumuskan beberapa indikator hasil belajar :
  • Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar
  • Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar
  • Siswa  dapat  menjelaskan  perbedaan  karakteristik antara pasar tradisional dengan pasar non tradisional
  • Siswa dapat menyimpulkan tentang fungsi pasar
  • Siswa bisa membuat karangan yang ada kaitannya dengan pasar
Untuk mencapai tujuan kompetensi di atas, dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini :

a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.

2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL :
  • Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa
  • Tiap  kelompok ditugaskan  untuk melakukan  observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke pasar tradisional, dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasar swalayan
  • Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatatberbagai hal yang ditemukan di pasar-pasar tersebut
3) Guru melakukan  tanya  jawab sekitar  tugas yang  harus dikerjakan oleh siswa

b. Inti
Di lapangan
1) Siswa melakukan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok
2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.

Di dalam kelas
1) Siswa mendiskusikan hasil temuan  mereka  sesuai dengan kelompoknya masing-masing
2) Siswa melaporkan hasil diskusi
3) Setiap kelompokmenjawabsetiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompokyang lain

c. Penutup
1) Dengan  bantuan guru,  siswa  menyimpulkan  hasil  observasi sekitar masalah pasar sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai
2) Guru menugaskan  siswa  untuk membuat  karangan  tentang pengalaman belajar mereka dengan tema “pasar”

Apa  yang  dapat  Anda  tangkap  dari  pembelajaran  dengan menggunakan CTL?

Ya,  pada  CTL untuk  mendapatkan  kemampuan  pemahaman konsep,  anak mengalami langsung  dalam kehidupan nyata  di masyarakat. Kelasbukanlahtempatuntukmencatatatau menerima informasi  dari  guru,  tetapi  kelas digunakan  untuk  saling membelajarkan. Untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan

CTL sebagai suatumodel pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

1) CTL adalah model  pembelajaran  yang menekankan  pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental,
2) CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
3) Kelas dalam pembelajaran  CTL bukan  sebagai  tempat untuk memperoleh  informasi, akan  tetapi  sebagai  tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.
4) Materi  pelajaran  ditemukan  oleh  siswa sendiri,  bukan  hasil pemberian dari orang lain.

Tidak Lolos CPNS Honorer Jadi Pegawai Kontrak

Tidak Lolos CPNS Honorer Jadi Pegawai Kontrak

Senin, 09 September 2013

Pengertian Pendekatan Konstruktivisme

Pengertian Pendekatan Konstruktivisme

Gandusari Gerak Jalan 2013 PHBN


Senin 9 September 2013, Lapangan Kecamatan Gandusari nampak berubah wajah karena hari ini sejak pukul 07.00 para peserta gerak jalan SD/MI dalam rangka peringatan PHBN Kemerdekaan RI yang ke-68 sudah memenuhi lapangan Gandusari,
Dengan penuh semangat anak anak ini melangkahkan kaki dan mengayunkan lengan dengan pasti meninggalkan garis start menyelusuri rute yang telah ditentukan oleh panitia,
Mereka begitu bersemangat meski mereka tak tau apakah mereka akan menjadi yang terbaik atau sekedar memeriahkan saja, yang jelas ini adalah pesta memeriahkan hari Kemerdekaan Bangsanya yang ke- 68 th.
Inilah salah satu bentuk perjuangan para bakal pemimpin bangsa, perjuangan dalam rangka mempertahankan dan mengisi hasil jerih payah para pejuang yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi tercapainya kemerdekaan Republik Indonesia.
Selamat berjuang mengisi Kemerdekaan Indonesia wahai anak-anak bangsa , semangat selalu, belajar dan terus belajar, gantungkan cita-citamu setinggi tingginya karena perjuanganmu masih pajang, masa depan bangsa berada di punggungmu.
Sukses selalu....